Minyak sawit merupakan minyak nabati yang paling populer di dunia. Minyak ini dihasilkan dari tanaman kelapa sawit yang berasal dari Afrika, namun dibudidayakan secara massif di Asia Tenggara. Indonesia dan Malaysia merupakan negara penghasil kelapa sawit utama.
Produksi sawit Indonesia dan Malaysia mencapai lebih dari 85% dari total produksi sawit dunia. Sekitar 6% lagi diproduksi oleh Nigeria, Thailand, Kolombia, Ekuador dan Papua Nugini. Sisanya diproduksi oleh 36 negara lain yang tersebar di Asia, Afrika dan Amerika Selatan.
Berikut ini 10 negara penghasil kelapa sawit terbesar yang berhasil kami himpun. Data diambil diambil dari estimasi tahun 2016.
Luas perkebunan kelapa sawit di Brasil hanya sekitar 90 ribu hektar, sangat sedikit dibanding potensi lahan pertaniannya. Wajar saja bila pemerintah dan kalangan bisnis Brasil mulai melirik potensi kelapa sawit. Pada tahun 2020 mereka menargetkan pengembangan perkebunan kelapa sawit hingga 5 juta hektar. Meskipun target ini dipandang terlalu muluk.
Brasil sangat mungkin mengembangkan kapasitasnya untuk menjadi pemain sawit menyusul Indonesia dan Malaysia sebagai negara penghasil kelapa sawit utama. Infrastruktur di negara tersebut cukup baik dan ketersediaan lahannya sangat luas. Selama ini sebagian besar pemanfaatan lahan pertanian di Brasil, khususnya kawasan Amzon, didominasi usaha peternakan.
Banyak pihak di Brasil mulai berhitung, dimana perkebunan kelapa sawit berpotensi membuka lapangan pekerjaan lebih banyak. Untuk setiap 20 acre lahan sawit di Brasil menyerap 1 tenaga kerja. Jumlah tersebut jauh lebih banyak dibanding peternakan yang menyerap 1 pekerja untuk 1000 acre. Dilihat dari segi hasilnya pun demikian, untuk setiap hektar lahan sawit dapat dipanen 4 ton minyak per tahun, sedangkan untuk setiap hektar lahan peternakan dihasilkan 200 kg daging.
Pada tahun 2015 produksi minyak kelapa sawit Brasil mencapai 370 ribu ton. Produksi ini bahkan belum mencukupi kebutuhan dalam negeri yang mencapai 500 ribu ton per tahun.
Negeri di sisi barat Afrika ini berambisi merebut dominasi Asia Tenggara dalam produksi kelapa sawit. Wajar saja mereka berpikiran seperti itu, mengingat asal tanaman kelapa sawit memang berasal dari daratan Afrika.
Pantai Gading sedang gencar-gencarnya membuka perkebunan baru. Sebagian diantaranya didanai oleh perusahaan sawit asal Malaysia seperti Sime Darby dan Asal Singapura Golden Agri.
Pada tahun 2016 Pantai gading memproduksi 415 ribu ton minyak sawit. Tahun 2020 negeri ini berambisi meningkatkan produksinya hingga 2 kali lipat.
Negara yang masih satu pulau dengan Propinsi Papua dan Papua Barat, Indonesia, memiliki perkebunan sawit yang cukup luas. Minyak sawit merupakan komoditas penting di Papua Nugini. Lebih dari 30 persen ekspor produk pertanian negara ini disumbang oleh sawit. Ekonomi sawit menghidupi lebih dari 166 ribu penduduk yang tinggal di pedesaan.
Di Papua Nugini sawit terbukti lebih mensejahterakan petani dibanding komoditas perkebunan lain. Misalnya saja dibanding kakao, sawit menghasilkan 10 kali lipat uang lebih besar. Para petani yang menanam sawit seluas 2 hektar memiliki penghasilan lebih besar 2 kali lipat dari upah minimun negara itu.
Produksi minyak sawit Papua Nugini tahun 2016 tercatat sebanyak 522 ribu ton. Hampir sebagian besar produksinya ditujukan untuk pasar ekspor, terutama ke Uni Eropa.
Guatemala salah satu negara di Amerika Latin yang agresif mengembangkan kelapa sawit. Dalam periode 2002-2012 negara luas perkebunan kelapa sawit membengkak 8 kali lipat, dari hanya 36.000 hektar menjadi sekitar 300.000 hektar.
Sebagian besar ekspor minyak sawit Guatemala ditujukan untuk pasar Meksiko dan negara-negara di Amerika lainnya. Hanya sebagian kecil yang diekspor ke Eropa, diantaranya Belanda dan Jerman.
Pada tahun 2016 Guatemala memproduksi minyak sawit sebanyak 515 ribu ton. Jumlah ini mengukuhkan Guatemala sebagai negara penghasil sawit ke-3 terbesar di benua Amerika.
Kelapa sawit mulai dikenal di Ekuador sejak tahun 1953, bibitnya dibawa dari Honduras. Perkembangan industri sawit di negara ini berjalan lambat, hingga tahun 1994 Ekuador baru bisa mengekspor 4000 ton minyak sawit. Sejak saat itu perkembangan perkebunan sawit mulai menanjak. Hingga tahun 2010 luas perkebunan sawit Ekuador telah mencapai 250 ribu hektar, berkembang sekitar 7% setiap tahunnya.
Pada tahun 2013 Ekuador sanggup memproduksi minyak sawit sebesar 500 ribu ton. Dari jumlah itu hanya 215 ribu ton yang dikonsumsi pasar lokal, sisanya menjadi komoditas ekspor.
Pada tahun 2016 negara ini menghasilkan 560 ribu ton minyak sawit. Jumlah tersebut menjadikan Ekuador sebagai negara penghasil kelapa sawit kedua terbesar di Benua Amerika setelah Kolombia.
Nigeria penghasil minyak sawit terbesar di benua Afrika, tempat asal tanaman kelapa sawit. Industri sawit sudah dikenal di Nigeria sejak lama. Pada tahun 1832 negara ini sudah mengekspor minyak inti kelapa sawit.
Di masa lalu Nigeria merupakan penghasil kelapa sawit terbesar dunia. Saat itu Nigeria menghasilkan sekitar 43% produksi sawit dunia. Semenjak tahun 1966 Malaysia dan Indonesia menggantikan posisi Nigeria sebagai negara penghasil sawit terbesar.
Tahun 2016 Nigeria menghasilkan 970 ribu ton minyak sawit. Jumlah itu sekitar sekitar 7% dari total produksi minyak sawit dunia.
Kolombia mulai membudidayakan tanaman kelapa sawit pada tahun 1970-an dalam skala kecil. Hasil produksinya hanya digunakan untuk memasok kebutuhan lokal. Perkembangan pesat dimulai sejak tahun 2000-an ketika terjadi ledakan permintaan akibat biodisel dan pemerintah memberikan instentif pada industri ini.
Pada periode 2001 hingga 2006 perkembangan industri sawit di Kolombia sangat pesat dengan kenaikan hasil produksi sebesar 70%. Bahkan pendapatan dari minyak kelapa sawit meningkat hingga 300%.
Tahun 2016 Kolombia memproduksi sekitar 1,28 juta ton minyak sawit. Jumlah tersebut menjadikan Kolombia sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di Amerika.
Thailand negara penghasil kelapa sawit terbesar ke tiga di Asia Tenggara dan juga dunia. Berbeda dengan negri tetangganya, Indonesia dan Malaysia, lebih dari 70% perkebunan kelapa sawit di Thailand dikuasai oleh petani kecil dan menengah. Kelapa sawit sebagian besar ditanam di bagian selatan negri gajah putih ini.
Sebagian besar minyak sawit yang dihasilkan di Thailand digunakan untuk konsumsi domestik, hanya sebagian kecil yang di ekspor. Dalam catatan statistik tahun 2016, negeri ini menghasilkan lebih dari 2,2 juta ton dari lahan seluas 4,7 juta hektar.
Mesikipun tanaman sawit berasal dari Afrika, perkebunan komersial pertama kelapa sawit didirikan di Malaysia, persisinya di negara bagian Selangor sekitar tahun 1912. Wajar saja jika negeri ini menjadi penghasil utama minyak sawit dunia dibawah Indonesia. Salah satu hal yang menjadikan Malaysia tidak menjadi pemimpin pasar karena lahan yang relatif terbatas dibandingkan dengan Indonesia.
Sekitar 39% sawit dunia dihasilkan Malaysia, negeri ini juga mendominasi 44% pasar ekspor sawit. Pada tahun 2016 tercatat produksinya mencapai 21 juta ton. Dengan produksi sebesar ini, Malaysia mengukuhkan sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar ke dua setelah Indonesia.
Kelapa sawit masuk ke Indonesia pada masa kolonial. Perkembangan kelapa sawit di Indonesia terhambat selama masa perang kemerdekaan. Sampai negeri ini merdeka kelapa sawit belum menjadi primadona ekspor Indonesia.
Hingga tahun 1967 pemerintah Indonesia mulai serius kembali menggarap sawit. Hasilnya selepas tahun 1980-an, Indonesia bisa menggeser posisi Malaysia sebagai penghasil sawit terbesar dunia. Pada tahun 2016 lalu, Indonesia menghasilkan sekitar 36 juta ton kelapa sawit yang menempatkan negara ini menjadi penghasil kelapa sawit terbesar di dunia.
Selain sawit, Indonesia juga menjadi penghasil utama beberapa komoditas perkebunan lainnya seperti teh, kopi dan karet.
Mengapa di negri kita ini kok harga minyak sawit masih mahal?
Ada apa?
karena harga jual sawit di luar negri sangat tinggi… jd pemilik lahan sawit lebih baik menjual ke luar negri… tp oleh pemerintah di buat kebijakan agar 30% produksi harus dijual di Indonesia, dari sebelumnya 20%