Kebakaran Hutan

Kebakaran Hutan dan Lahan

Kebakaran hutan dan lahan (Foto: pxhere.com)

Di masa lalu membakar hutan banyak dipraktekkan oleh para peladang tradisional atau peladang berpindah untuk membuka lahan. Karena biayanya murah, praktek ini diadopsi oleh perusahaan-perusahaan kehutanan dan perkebunan. Hingga saat ini membuka lahan dengan metode pembakaran hutan sudah dianggap lumrah.

Dalam lingkup ilmu kehutanan ada sedikit perbedaan istilah antara pembakaran hutan dan kebakaran hutan. Pembakaran hutan identik dengan kejadian yang disengaja pada satu lokasi tertentu secara terkendali. Gunanya untuk membuka lahan, meremajakan hutan, atau mengendalikan hama. Sedangkan kebakaran hutan lebih pada kejadian tidak disengaja atau dapat juga terjadi secara alamiah.

Pada prakteknya proses pembakaran hutan bisa menjadi tidak terkendali dan memicu kebakaran hutan. Banyak pristiwa kebakaran hutan besar dipicu oleh aktivitas pembakaran hutan. Kebakaran hutan di Indonesia menjadi penyumbang terbesar laju deforestasi. Bahkan lebih besar dibanding konversi lahan untuk pertanian dan illegal logging.1

Secara teoritis kebakaran hutan terjadi karena ada interaksi antara bahan bakar, oksigen dan panas pada kondisi tertentu. Bila ketiga unsur tersebut ada secara bersamaan maka kebakaran akan terjadi. Oleh karena itu prinsip untuk menanggulanginya adalah dengan memutus salah satu unsur tersebut. Biasanya dengan menghilangkan bahan bakar atau panas.

Definisi Kebakaran Hutan

Menurut Peraturan Menteri Kehutanan:2

“Suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan.”

Menurut pakar kehutanan, Prof. Bambang Hero Saharjo:3

“Pembakaran yang penjalaran apinya bebas serta mengkonsumsi bahan bakar alam dari hutan seperti serasah, rumput, ranting/cabang pohon mati yang tetap berdiri, log, tunggak pohon, gulma, semak belukar, dedaunan dan pohon-pohon.”

Penyebab Kebakaran Hutan

Terjadi Secara Alamiah

Kebakaran hutan secara alami banyak dipicu oleh petir, lelehan lahar gunung api, dan gesekan antara pepohonan. Sambaran petir dan gesekan pohon bisa berubah menjadi kebakaran bila kondisi hutannya memungkinkan, seperti kekeringan yang panjang.

Di hutan-hutan subtropis seperti Amerika Serikat dan Kanada, sambaran petir dan gesekan ranting pepohonan sering memicu kebakaran. Namun di hutan hujan tropis seperti Indonesia, hal ini sedikit mustahil. Karena terjadinya petir biasanya akan diiringi oleh turunnya hujan atau petir terjadi di sepanjang hujan. Sehingga sangat tidak mungkin menimbulkan kebakaran.

Pemicu alamiah lainnya adalah gesekan antara cabang dan ranting pepohonan. Hal ini pun biasanya hanya terjadi di hutan-hutan yang kering. Hutan hujan tropis memiliki kelembaban tinggi sehingga kemungkinan gesekan antar pohon menyebabkan kebakaran sangat kecil.

Dipicu Aktivitas Manusia

Kebakaran hutan yang dipicu kegiatan manusia bisa diakibatkan dua hal, secara sengaja dan tidak sengaja. Kebakaran secara sengaja kebanyakan disebabkan karena eksploitasi sumber daya alam, baik untuk meremajakan hutan, membersihkan lahan atau memberantas hama. Sedangkan kebakaran tak disengaja lebih disebabkan oleh kelalaian, seperti lupa mematikan api unggun, membakar sampah, membuang puntung rokok sembarangan, dan tindakan kelalaian lainnya.

Di Indonesia, 99% kejadian kebakaran hutan disebabkan oleh aktivitas manusia baik sengaja maupun tidak sengaja. Hanya 1% diantaranya yang terjadi secara alamiah.4 Sejak era tahun 1980-an pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dan Hutan Tanaman Industri diduga menjadi penyebab utamanya.5

Dampak Negatif Kebakaran Hutan

Dampak Langsung

Dampak merugikan yang bisa dirasakan langsung antara lain jatuhnya korban jiwa, korban luka, kerusakan infrastruktur, kehilangan properti, kerusakan lahan. Untuk kasus kebakaran besar tak jarang harus dilakukan evakuasi permukiman penduduk. Hal ini bisa mengakibatkan kehilangan lingkungan sosial dan kebudayaan setempat.

Dampak Ekologis

Kebakaran hutan merupakan bencana bagi keanekaragaman hayati. Tak terhitung berapa jumlah spesies tumbuhan dan plasma nutfah yang hilang. Vegetasi yang rusak menyebabkan hutan tidak bisa menjalankan fungsi ekologisnya secara maksimal. Juga menyebabkan hilangnya habitat bagi satwa liar penghuni hutan.

Kebakaran hutan banyak melepaskan emisi karbon dan gas rumah kaca lain ke atmosfer. Karbon yang seharusnya tersimpan dalam tanah hutan dan biomassa dilepaskan dengan tiba-tiba. Terlebih di hutan gambut, dimana lapisan tanah gambut yang kaya karbon dengan kedalamannya bisa mencapai 10 meter ikut terbakar. Pengaruh pelepasan emisi gas rumah kaca ikut andil memperburuk perubahan iklim.

Dampak Ekonomi

Secara ekonomi hilangnya hutan menimbulkan potensi kerugian yang besar seperti kehilangan keuntungan karena deforestasi dan keanekaragaman hayati. Belum lagi dengan kerugian langsung yang berdampak pada mata pencaharian masyarakat yang tinggal di sekitar hutan.

Dampak Kesehatan

Asap yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan berdampak langsung pada gangguan saluran pernapasan. Asap mengandung sejumlah gas dan partikel kimia yang menggangu pernapasan seperti seperti sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), formaldehid, akrelein, benzen, nitrogen oksida (NOx) dan ozon (O3).

Material tersebut memicu dampak buruk yang nyata pada manula, bayi dan pengidap penyakit paru. Meskipun tidak dipungkiri dampak tersebut bisa mengenai orang sehat.6

Dampak Positif Kebakaran Hutan

Menyuburkan Tanah

Kebakaran hutan membuat efek menyuburkan tanah hutan karena abu sisa pembakaran menjadi mineral penting bagi tanah hutan. Tanah hutan menjadi kaya dengan kandungan mineral.

Efek Peremejaan Tanaman

Selain itu ada juga efek peremajaan hutan. Biasanya setelah hutan habis terbakar akan tumbuh tunas-tunas baru yang berkembang sangat pesat. Tunas-tunas tersebut mendapatkan penyinaran maksimal, karena tidak terhalang tajuk tanaman lain.

Pembersihan Lahan

Membakar hutan juga sering digunakan sebagai salah satu metode pembersihan lahan untuk perkebunan dan pertanian. Biaya pembersihan lahan yang sangat murah, minim tenaga kerja dan tidak perlu peralatan canggih.

Memusnahkan Hama

Kebakaran hutan memusnahkan semua biomas yang ada di atas tanah, bahkan sampai ke kedalaman tertentu. Hama dan penyakit tanaman yang ada pun sudah barang tentu ikut musnah. 7

Pengendalian Kebakaran Hutan di Indonesia

Era Pra Kemerdekaan

Penanggulangan kebakaran hutan telah dikelola sejak sebelum Indonesia merdeka. Pemerintah Hindia Belanda mengatur penanganannya dalam berbagai aturan mengenai kehutanan. Sejak proklamasi kemerdekaan, tanggung jawab pengendalian kebakaran hutan berada di Jawatan Kehutanan, yang kemudian menjadi direktorat dalam Departemen Pertanian.

Era Setelah Kemerdekaan

Penanggulangan dan pengendalian kebakaran hutan berada di bawah Direktorat Kehutanan, Departemen Pertanian. Pada tahun 1988 direktorat kehutanan berubah menjadi Departemen Kehutanan, dan dikemudian hari berubah lagi menjadi Kementrian Kehutanan. Sejak tahun 2014 Kementerian Kehutanan digabung dengan Kementerian Lingkungan Hidup menjadi Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.

Kegiatan pengendalian kebakaran hutan mencakup pencegahan, pemadaman hingga ke rehabilitasi pasca kebakaran.8 Pengelolaan pengendaliannya dilakukan secara berjenjang mulai dari pemerintah daerah tingkat II, tingkat provinsi hingga tingkat nasional. Dipicu oleh kebakaran hutan hebat pada tahun 1997-1998, di tingkat nasional dibentuk Direktorat khusus yang menangani kebakaran hutan.

Pembentukan Manggala Agni

Pada tahun 2003 Departemen Kehutanan membentuk pasukan yang khusus menangani kebakaran di hutan, yakni Brigade Pengendalian kebakaran Hutan Manggala Agni. Nama Manggala Agni diambil dari bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno, manggala artinya panglima/pemimpin, sedangkan agni artinya api. Manggala Agni bisa diartikan panglima api.9

Pasukan kebakaran hutan

Pasukan Manggala Agni (Foto: dok. Kemen LHK)

 

Peristiwa Kebakaran Hutan Hebat

Peristiwa Tahun 1997-1998

Di penghujung abad 20 dunia pernah dikejutkan dengan bencana kebakaran hutan. Pada tahun 1997-1998 ketika bencana el nino melanda, bumi kita kehilangan hutan seluas 25 juta hektar akibat kebakaran. Peristiwa ini berdampak langsung pada ekosistem global dengan naiknya emisi karbon dan hilangnya keanekaragaman hayati.10 Kebarakan hutan saat itu dianggap sebagai bencana lingkungan terbesar sepanjang abad.

Dalam bencana tersebut Indonesia mengalami kehilangan hutan paling luas. Diperkirakan sekitar 9,7 juta hektar hutan Indonesia hangus terbakar. Kerugian yang diderita akibat bencana ini hampir mencapai US$ 10 miliar.11 Kerugian dihitung dari deforestasi, kehilangan keanekaragaan hayati dan pelepasan emisi karbon. Belum mencakup kerugian sosial dan dampak ikutan lainnya.

Referensi

  1. Deforestastion: threats. World Wildlife Fund (WWF).
  2. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.12/Menhut-II/2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan
  3. Saharjo, B.H. 2003. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Yang Lestari Perlukah Dilakukan. Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
  4. Syaufina, L. 2008. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia. Bayumedia, Malang.
  5. Biang Kerok Pembakaran Hutan dan Lahan, 276 Perusahaan Dibidik. SINDONEWS.
  6. Fikri Faisal, dkk. Dampak Asap Kebakaran Hutan pada Pernapasan. CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012.
  7. Suratmo FG. 1974. Perlindungan Hutan. IPB Press, Bogor.
  8. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.
  9. Profil Manggala Agni. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
  10. Luca Tacconi. 2003. Kebakaran Hutan di Indonesia: Penyebab, Biaya dan Implikasi Kebijakan. CIFOR. Hal 1.
  11. Keadaan Hutan Indonesia tahun 2001. Forest Watch Indonesia (FWI), Bogor.

2 KOMENTAR

  1. Alam berkata:

    Kasus kebakaran hutan terbaru yang terjadi di Riau harus dimasukin. Mengingat sudah bikin heboh negeri tetangga, bahkan internasional.

    • Cecep Risnandar berkata:

      Bila sempat akan kami tambahkan dengan peristiwa2 terbaru. Terima kasih atas masukannya.