Badak jawa merupakan spesies paling terancam. Populasinya di alam liar hanya tinggal 50-an ekor dan hanya ditemukan di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, ujung paling barat pulau Jawa.
Populasi badak jawa pernah mengalami titik kritis pada tahun 1960-an, dimana hanya ditemukan sekitar 20 ekor. Sejak tahun 1980-an hingga saat ini perkembangan populasinya cukup stabil pada kisaran 40-60 ekor. Jumlah ini masih riskan dari kepunahan. Untuk menghindar dari bahaya kepunahan idealnya ada lebih dari 500 ekor badak jawa yang hidup di alam liar dengan sebaran habitat yang lebih luas. Saat ini habitat hidup badak jawa terbatas hanya di Taman Nasional Ujung Kulon.
Di masa lampau badak jawa tidak hanya ada di pulau Jawa, melainkan tersebar hingga ke Asia daratan mulai dari Vietnam sampai ke Benggal, India. Perburuan besar-besaran disinyalir menjadi penyebab utama penyusutan populasinya. Di Indonesia sendiri pada abad ke-18 badak jawa pernah dianggap sebagai hama yang mengganggu tanaman perkebunan. Bahkan pemerintah kolonial Belanda yang berkuasa saat itu pernah mengadakan sayembara dengan hadiah sebesar 10 gulden bagi siapa saja yang berhasil membunuhnya.1
Taksonomi dan Morfologi
Kelas: Mammalia
Bangsa: Perissodactyla
Suku: Rhinocerotidae
Marga: Rhinoceros
Spesies: Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822
Nama ilmiah Badak Jawa adalah Rhinoceros sondaicus.2 Penamaan itu diambil dari bahasa Yunani, “rhino” yang berarti hidung, “ceros” berarti cula. Sedangkan “sondaicus” merujuk pada kata “Sunda” yang berada di pulau Jawa. Dalam bahasa Inggris disebut Javan Rhino.
Saat ini dikenal 5 spesies badak yang masih ditemukan hidup di alam liar. Dua spesies diantaranya, yakni Badak putih dan badak hitam hidup di Afrika. Sedangkan tiga spesies lainnya yakni Badak Jawa, Badak Sumatera dan Badak India hidup di Asia. Badak Jawa memiliki satu cula sama dengan Badak India, namun ukuran tubuh Badak Jawa jauh lebih kecil.3
Secara umum Badak Jawa memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut:4
- Bobot tubuhnya sekitar 900-2300 kg dengan tinggi tubuh 1,5-1,7 meter dan panjang tubuh dari moncong mulut hingga ekor bisa mencapai 4 meter.
- Memiliki satu cula yang menyembul di atas hidungnya. Panjang cula sekitar 20-25 cm. Hanya badak jantan yang memiliki cula yang panjang, pada badak betina ukuran cula sangat kecil nyaris tidak tampak bahkan pada betina tertentu tidak memiliki cula.
- Warna tubuh abu-abu gelap hingga hitam, semakin tua warna tubuhnya semakin gelap. Sedikit berambut di bagian telinga dan ekornya sedangkan tubuhnya tidak ditumbuhi rambut.
Habitat dan Sebaran
Habitat hidup
Badak Jawa hidup di hutan-hutan tropis yang selalu hijau dengan curah hujan tinggi. Di Pulau Jawa, hewan ini pernah ditemukan di hutan-hutan dataran tinggi maupun hutan dataran rendah. Pada tahun 1939, seorang botanis kelahiran Jerman, Franz Wilhelm Junghun, pernah melaporkan melihat badak di sekitar puncak Gunung Gede.5
Sedangkan badak jawa yang ada di Pulau Sumatera hanya ditemukan di hutan dataran rendah. Hal ini diperkirakan karena adanya persaingan dengan badak sumatera yang hidup di pegunungan. Kini keberadaan badak jawa hanya ditemukan di hutan dataran rendah di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.
Sebaran
Sebelum memasuki abad ke-19, selain di Pulau Jawa, Badak Jawa ditemukan ditemukan hidup di daratan Asia. Beberapa penelitian melaporkan keberadaan hewan ini di Bengal, India, Banglades, Indocina, Cina Tenggara, semenanjung Malaya dan Sumatera. Di awal abad ke-20 masih dilaporkan terdapat Badak Jawa di Burma, Laos, Kamboja dan Vietnam.6 Badak jawa terakhir yang ada di luar Pulau Jawa terdapat di Taman Nasional Cat Tien Vietnam dan diketahui telah punah pada tahun 2011.7
Di Indonesia, sebelum abad ke-19 Badak Jawa dipastikan pernah hidup di Pulau Sumatera dari Aceh hingga ke Lampung. Sedangkan keberadaannya di Pulau Jawa tersebar hingga ke Jawa Tengah. Pada tahun 1833 masih ditemukan di Wonosobo. Titik lain yang diketahui pernah menjadi habitat Badak Jawa antara lain Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Papandayan, Gunung Ciremai dan Gunung Gede Pangrango. Bahkan dilaporkan juga hewan ini pernah ditemukan di Karawang. Keberadaan Badak Jawa di luar Ujung Kulon, terakhir tercatat ada di Karangnunggal Tasikmalaya, kala itu tahun 1834 seorang Belanda menembak badak tersebut dan hingga kini spesimennya tersimpan di Museum Zoologi, Bogor.8
Saat ini, Badak Jawa hanya ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon. Tidak semua kawasan taman nasional menjadi habitat badak. Hewan ini hanya hidup di beberapa titik tertentu saja. Beberapa daerah yang menjadi habitat badak antara lain di daerah selatan taman nasional seperti Cibandawoh, Cikeusik, Citadahan dan Cibunar. Serta di semenanjung Ujung Kulon bagian utara seperti Cigenter, Cikarang, Nyiur, Nyawaan, Cimayang, Citerjun, dan Cijengkol.
Populasi Badak Jawa
Sensus populasi Badak Jawa di Ujung Kulon pertama kali dilakukan tahun 1967. Saat itu diperkirakan terdapat 21-28 ekor, jumlah yang sangat kritis untuk bertahan hidup. Untungnya dari tahun ke tahun populasi badak selalu mengalami peningkatan. Hingga pada tahun 1975 jumlahnya diketahui berkembang menjadi sekitar 45 ekor. Sejak awal 80-an hingga kini populasi Badak Jawa di Ujung Kulon relatif stabil. Angka maksimum pertumbuhannya sekitar 1% per tahun. Diperkirakan daya dukung Ujung Kulon untuk populasi badak berkisar pada angka 50-an ekor. Karena alasan tersebut para ahli menyarankan untuk membuka habitat kedua bagi Badak Jawa.9
Monitoring terakhir yang dilakukan pihak Taman Nasional Ujung Kulon pada bulan Desember 2014 mengungkapkan jumlah populasi Badak Jawa tinggal 57 ekor. Berkurang dari sebelumnya yaitu 60 ekor, karena pada periode 2011-2014 terjadi 4 kematian dan satu kelahiran. Hal yang mengkhawatirkan komposisi jenis kelaminnya tidak seimbang, yakni terdiri dari 31 badak jantan dan 26 badak betina. Padahal idealnya satu badak jantan berbanding 4 badak betina.10
Perilaku Hidup
Makan
Badak Jawa termasuk hewan herbivora, makanan utamanya hijauan berupa pucuk atau tunas tanaman. Beberapa jenis tanaman yang digemari satwa ini antara lain kedondong hutan (Spondias pinnata), segel (Dillenia excelsa), sulangkar (Leea sambucina) dan tepus (Amomum spp.). Ketersediaan tumbuhan ini cukup banyak di Taman Nasional Ujung Kulon. Belakangan diketahui juga memakan jenis tumbuhan bangban (Donax cannaeformis) yang sebelumnya tidak pernah tercatat sebagai pakan badak. Selain hijaun, seperti jenis hewan lain badak juga mengkonsumsi garam mineral yang terkandung dalam tanah atau pun air.11
Reproduksi
Badak Jawa hidup sekitar 30-40 tahun. Setiap kehamilan biasanya mengandung hanya 1 anak. Tidak diketahui dengan pasti berapa lama Badak Jawa mengandung, tetapi diperkirakan selama 15-16 bulan. Begitu juga dengan rentang antara kehamilan, namun diperkirakan sekitar 2-3 tahun.12
Sosial
Badak Jawa hewan yang soliter alias penyendiri, tak pernah ditemukan berkelompok. Bahkan di habitat aslinya di Ujung Kulon, keberadaannya amat jarang dijumpai. Bukti-bukti kehidupannya diketahui dari jejak-jejak dan kamera tersembunyi. Salah satu kegemarannya berkubang di dalam air atau lumpur.
Ancaman Terbesar
Bencana alam dan wabah penyakit
Habitat badak jawa yang hanya terkonsentrasi di kawasan Ujung Kulon menjadi masalah tersendiri mengingat kawasan ini sangat rentan dengan bencana alam. Pada tahun 1883 Gunung Krakatau yang berada di lepas pantai Ujung Kulon pernah meletus dan menimbulkan bencana gema dan tsunami hebat yang meluluhlantakkan kawasan.13 Letusan tersebut menyisakan anak krakatau yang hingga kini masih aktif dan sewaktu-waktu bisa meletup kembali. Demikian juga dengan ancaman wabah penyakit, bila pada suatu waktu ada wabah yang menyerang badak bukan tidak mungkin semua badak yang ada di Ujung Kulon bisa terkena dampaknya.
Persaingan dengan tanaman invasif (langkap)
Tanaman invasif langkap (Arenga obtusifolia) mengancam populasi badak jawa lewat ketersediaan pakan.14 Langkap adalah tanaman sejenis palem-paleman yang sering dijadikan bahan baku pembuatan gula aren. Di Ujung Kulon tanaman ini mendesak tanaman lain yang menjadi pakan badak. Penanganan terhadap ancaman ini dilakukan dengan mengurangi populasi tanaman langkap. Dari beberapa percobaan pengurangan 50% populasi langkap bisa meningkatkan ketersediaan pakan badak. Meski hanya bertahan 1-2 tahun sebelum tanaman langkap kembali mendominasi.15
Penurunan kualitas genetik
Ancaman juga datang dari penurunan kualitas genetis akibat kecilnya populasi sehingga mudah terjadi inbreeding.16 Hal ini biasa terjadi pada mahluk hidup yang populasinya terbatas dan hidup dalam satu area sehingga kemungkinan terjadinya inbreeding tinggi. Inbreeding berhubungan dengan kelangsungan hidup populasi karena sering menimbulkan tekanan daya tahan hidup, berat kelahiran dan kesuburan. Untuk menghindari inbreeding diperlukan ukuran populasi minimum yang mampu bertahan hidup (minimum viable population). Untuk mempertahankan populasi Badak Jawa dalam jangka panjang setidaknya diperlukan populasi sebanyak 500 ekor.17
Referensi
- Mengapa populasi Badak Jawa tertekan? National Geographic.
- Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822. ITTIS.
- Rhinoceros. A-Z Animals.
- Javan Rhino. International Rhino Foundation.
- Haryanto R. Putro. Heterogenitas Habitat Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Media Konservasi Kehutanan IPB Edisi Khusus, 1997 : Hal 17.
- Colin P. Groves dan David M. Leslie, Jr. Rhinoceros Sondaicus (Perissodactyla: Rhinocerotidae). American Society of Mammalogists, Mamalian Species 43(887):190–208, 2011.
- Javan rhino ‘now extinct in Vietnam’. BBC.
- Sudarsono Djuri. Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus) Salah Satu Titipan Tuhan bagi Bangsa Indonesia. Seri: Mengenal Fauna Langka.
- Javan Rhino. WWF Fact Sheet IDN 2011.
- Penyebab Badak Jawa Ujung Kulon sulit bertambah. ANTARA.
- Panduan pengelolaan habitat Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Media Konservasi Edisi Khusus, 1997: Hal. 1-15. FAHUTAN IOB.
- Javan Rhino. IRF.
- Krakatoa erupts. HISTORY.
- Arenga obtusifolia (palm). ISSG.
- Haryanto R. Putro. Heterogenitas Habitat Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Media Konservasi Edisi Khusus, 1997 : Hal.17-40.
- U Mamat Rahmat, dkk. Pemodelan Kesesuaian Habitat Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. JMHT Vol. XVIII, (2):129-137, Agustus 2012.
- U Mamat Rahmat. Genetika Populasi dan Strategi Konservasi Badak Jawa. JMHT Vol. XV, (1): 83-90, April 2009.
kalo di 2019 ini populasi badak jawa tinggal berapa ya?
Hendak bertanya :
Referensi buku tentang Sejarah Badak Jawa ?